Selasa, 12 April 2011

What a wonderful life

bismillahirrahmanirrahim.....

Hmph....penat dengan rutinitas.
Yup! Itu yang saya rasakan sekarang. Saat dimana saya jenuh. Berada di titik puncak kebosanan akan suatu hal monoton.

Dan hari ini pun begitu. Batal UTS dan saya pun kehilangan kesempatan hunting foto bareng. What a..... Tapi sudahlah. Toh waktu berputar. Ketika teman kembali ke kelas setelah membeli makan siang dan berkata "Ada yang beli jagung..?? Kasihan...Yang jualan anak kecil."  Ia menceritakan sedikit tentang teman kecil itu. Saya pun tertarik untuk membeli. Selain penasaran berbaur kasihan, saya memang menyukai jagung.

Teman kecil itu mengaku duduk di kelas empat SD. Ia berjualan jagung rebus usai sekolah. Ayahnya seorang petani sedang ibunya berada di rumah. Ia berasal dari daerah Ciparay (saya sendiri tidak tahu itu dimana). Ia menjual jagung-jagung rebus tersebut parkiran motor salah satu fakultas, duduk di sana mengenakan kaos oranye. Mulai dari usai sekolah hingga jagung rebusnya terjual habis. Namun jika tidak terjual habis, ia akan membawanya pulang.

Hmm.... Saya teringat keluhan saya hari itu. Saya MALU!!!
Merasa apa yang saya alami hari itu tak seberapa. Apa yang saya korbankan tak berarti apa-apa.

Ketika mencoba melapangkan dada, menerima yang ada..saya merasa legaaaaa.... Ringan tanpa beban.
Sembari menulis, saya teringat kata-kata saya di waktu lampau.

"siapapun atau apapun sesungguhnnya menyimpan pelajaran...tergantung kita, mau mengambilnya atau tidak..." 

Saya seorang manusia...seorang hamba...bagaimanapun telah mencoba, masih ada nikmat-Nya yang lewat begitu saja....

Jumat, 17 Desember 2010

A Special gift

___bismillahirrahmanirrahiim___




Aku mengenalnya tujuh tahun yang lalu, saat kami masih calon murid baru. Dia ramah, periang, hidupnya penuh gerakan. Ibarat embun, kehadirannya menyegarkan kepenatan dan penyesalan yang kadang datang. Ada banyak kesamaan yang mengeratkan hubungan. Kami berbagi suka dan duka, masa lalu dan cita-cita, bahkan makanan. Takdir Tuhan semakin mendekatkan. Kami diterima di sekolah asrama tersebut. Seiring berjalannya waktu, kupikir telah mengenalnya lebih jauh. Ternyata aku salah. Dia menghilang dua tahun kemudian. Tanpa penjelasan ataupun pesan ditinggalkan. Kecewa. Sakit hati tentunya. Inikah persahabatan yang kau dengungkan...??

Roda kehidupan terus berputar. Ku jalani setiap kegiatan sembari sesekali memikirkannya. Mencoba menghubunginya melalui telepon, tapi tak bersua dengannya. Sempat ku berputus asa lalu berusaha melupakannya. Saat kucoba kembali menghubunginya, ku tak lagi mengenali suaranya. Senang mendengar bahwa dia menjabat sebagai sekretaris OSIS di sekolah barunya. 

Hari kelulusan pun tiba. Empat tahun sudah perpisahan kita. Sekian lama tak ku dengar kabar darimu sobat.... Apa kabarmu di sana? Akankah ku kenali sosokmu jika kita bertemu?
Ku coba hubungi nomor lamamu. Berharap kau tak menggantinya dengan yang baru. Balasan pesan darimu menggoreskan senyum penuh syukurku.

Pendaftaran UM 2010 menjadi awal nostalgia. Tak kusangka kan bertemu kembali dengannya. Terima kasih ya Allah...Kau Mendengar semua do'a.  Aku merasa ada yang berbeda. Apa karna lama tak bersua..? Entahlah...........Tapi ku bahagia atas pertemuan ini. Dan kini..di sinilah ku berdiri. Satu kampus dengannya meski jurusan tak sehati. Berdo'a semoga persahabatan ini takkan pernah mati. Tak ingin perpisahan kembali menghampiri. Namun bagaimanapun, hanya rencana-Nya yang pasti terjadi. Berharap persahabatan ini di ridloi dan mengantarkan kami meraih surga firdausi. 




__uhibbuki fillah..........  ^_^ __ 

   

Sabtu, 20 November 2010

Mimpi...??

________bismillahirrahmanirrahim________




Mimpi....
Tak semua orang percaya akan kekuatan mimpi. Mimpi di sini bukanlah bunga tidur. Tetapi keinginan atau cita-cita yang kita punya. Dulu akupun begitu. Hanya memandangnya sebelah mata. Karena kupikir mimpi hanyalah mimpi. Tapi apa yang kurasakan sekarang sangatlah berbeda. 


Berawal dari mimpi seorang anak kecil yang masih polos akan perkuliahan. Ia bermimpi jika dewasa kelak, ia akan meneruskan pendidikan di bahasa inggris di kota Bandung atau Yogyakarta. Ia belum mengerti apa itu jurusan ataupun universitas. Yang ia tahu, ia sedang sukanya dengan bahasa inggris. Alhamdulillah, nilai akademiknya di bahasa inggris pun tak mengecewakan. Tidak pernah dihiasi tinta merah. Mengapa Bandung atau Yogyakarta? Bukan Jakarta yang terkenal sebagai ibukota? Entah mengapa. Ia pun tak tahu pasti jawabnya. Mungkin karena ia pernah mengunjungi kota Kembang dan meyukai hawa sejuknya. Sedang Yogyakarta, ia sering melewati kota tersebut setiap kali mengunjungi kakek-neneknya di Magelang. Meski begitu, ia tak begitu tahu tentang kedua kota tersebut. Mimpi yang polos. 


Bertahun kemudian, mimpi anak itu masih sama. Tapi kali ini ia menambahkan hubungan internasional dan jurnalistik dalam daftar jurusan yang ingin ia ambil di perkuliahan nantinya. Lagi-lagi mimpi yang tak jelas. Bahkan ia menyebutnya "hanya keinginan semata" bukan mimpi. 


Bangku perkuliahan semakin nampak di depan mata. Daftar jurusan yang ingin ia ambil kembali berubah. Yang sama hanyalah bahasa inggris yang terus menempati urutan teratas secara berkala. Urutan kedua adalah psikologi lalu jurnalistik. Ia memilih mundur dari HI dan menggantinya dengan psikologi karena ia tidak menyukai dunia politik yang menurutnya ribet dan kotor. Alasan kenapa ia memilih psikologi, karena ia tertarik mempelajari karakter seseorang. Terutama anak-anak. Sayangnya, sang ibu keberatan dengan jurusan yang satu itu. Beliau khawatir dengan peluang kerja yang dijanjikan pada seorang sarjana psikologi.

Ujian masuk universitas pun di gelar. Anak itu mencoba keberuntungannya di salah satu universitas yang cukup ternama di Yogyakarta. Sayang, nasib belum berpihak padanya. Ia kembali mencoba di salah satu universitas di Bandung, yang menurut keluarga besar sang ibu, merupakan universitas terbaik dalam bahasa inggris. 

17 Mei 2009 menjadi hari yang sangat mendebarkan. Batu loncatan selanjutnya akan ditentukan. Ia membuka website pengumuman penerimaan mahasiswa baru (maru) jurusan sastra inggris dan pendidikan bahasa inggris. Tak ada namanya di sastra. Dengan harapan terakhir yang ia punya, ia membaca satu persatu nama maru di jurusan pendidikan bahasa inggris. Surprise...!!! Tertera di sana nama lengkapnya. Urutan keduapuluh lima. Sontak ia pun sujud syukur dengan airmata kebahagiaan yang berderai. Siapa sangka. Berawal dari "hanya keinginan semata", mimpi polos itu terwujud. 


Dan di sinilah aku berdiri, di jurusan bahasa inggris yang lama telah ku impikan di sebuah universitas di kota Kembang. Allah Maha Mengetahui. Allah Maha Mendengar. Aku pun meyakini, rencana-Nya selalu indah. Bukan dalam takaran manusia, namun takaran-Nya. Karena aku tak tahu rencana apa setelah ini semua. Misterius namun terbaik. 

Jangan takut untuk bermimpi! Karena IA tak pernah mengabaikan hamba-Nya. Berawal dari mimpi, di barengi dengan usaha dan do'a lalu bertawakal. Kita menulis semua itu dengan pensil. Lalu serahkan penghapusnya pada Allah, biarkan IA yang mengoreksi dan memberi nilai. 

Jumat, 19 November 2010

Hanya IA yang terbaik

____bismillahirrahmanirrahim____


Senin dini hari aku terbangun karena mendengar ponselku berdering. Tepat pukul tiga pagi. Kuraih ponsel dari meja. Dua pesan masuk belum di baca. Salah satunya dari ayah tercinta. Tumben ayah mengirim sms pagi-pagi buta, batinku. Tertulis di sana :
       
          INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI'UN. TELAH MENINGGAL DUNIA IBU DR ... DI                     MAKAMKAN BESOK SENIN 15 NOV DI ......BERANGKAT DR RUMAH DUKA JAM.... 

Seakan tak mempercayai mataku, ku ulangi membacanya kembali. Sayangnya kalimat itu tak berubah. Baru dua minggu yang lalu ku bertatap muka dengan nenekkku. Meski sedang dalam perawatan paska operasi, baliau terlihat baik-baik saja. Seperti jika kami bertemu di rumah beliau. Yang membedakan hanyalah gumam kesakitan yang sesekali terdengar. Beliau mengidap diabetes. Jempol dan sebagian besar telapak kaki kirinya terpaksa di amputasi karena dianggap membahayakan nyawa beliau. Keputusan harus segera diambil sebelum pembusukan menjalar lebih jauh. Keluarga berharap itu adalah keputusan yang terbaik. 

Ketika itu, terbesit di benakku untuk berfoto dengannya. Hanya berdua dan sebagai kenangan. Segera ku tepis pikiran itu. Jika aku menyebutnya "sebagai kenangan", seakan aku takkan pernah bertemu dengannya lagi. Insya allah akan kulakukan nanti, liburan yang akan datang, tekadku dalam hati. Aku yakin akan bertemu dengannya lagi. Entah mengapa saat itu aku merasa dekat sekali dengan nenekku. Hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya. 

Aku membaca kembali pesan dari ayah. Ternyata pesan tersebut diterima semalam. Usai shalat subuh, segera ku telpon ayah untuk memastikan kabar tersebut. Hatiku masih berharap itu semua hanyalah lelucon. Tapi ayah berkata ; 
            "Sudah...ikhlaskan saja. Kalau itu memang kehendak Yang Kuasa, kita bisa apa...?

Airmata yang sejak membaca pesan ayah pertama kali hanya berhenti saat ku tunaikan shalat subuh, menderas kembali. Tak ada kata yang mampu kuucapkan. Lidahku kelu. Semua itu begitu mengejutkan. 
             "Meninggal jam berapa?" tanyaku terbata. 
             "Semalam, jam setengah sepuluh lewat lima menit. Kemarin masih baik-baik saja. Waktu maghrib pergi untuk kontrol juga baik. Tapi menjelang malam, tiba-tiba kesehatan beliau drop. Sudah memanggil ambulan. Hanya saja, ketika ambulan datang, nenek sudah tidak ada. Beliau berpesan untuk cucu-cucunya, belajar yang rajin."

Hatiku semakin pedih mendengarnya. Pagi itu ada UTS dan aku belum terlalu siap. Pesan terakhir almarhumah seakan menyuruhku untuk tegar. Meski beliau berpulang, aku tidak boleh bersedih dan tetap fokus pada ujian. Ayah juga berkata demikian. Airmataku justru menderas mendengarnya. Sanggupkah aku?, tanya diriku sangsi.

Kini, hanyalah do'a yang kupunya untuknya. Semoga ia tenang di sana. Amal baik diterima-Nya dan segala khilaf diampuni-Nya. Semoga keluarga di beri-Nya ketabahan dan kelapangan dada. Jika bukan kepada-Nya, lalu pada siapa kami akan menyandarkan hati yang kadang setegar karang namun serapuh kaca ini...?

Setiap ku teringat kembali keinginan untuk berfoto ketika aku menjenguknya di rumah sakit, ada sesal terselip. Tapi, mengingat gumam kesakitannya, aku berdo'a semoga ini jalan keluar terbaik-Nya. Agar beliau tak merasakan sakit itu lagi.  


                                                              ____menjelang seminggu kepergian almarhumah____   



Rabu, 27 Oktober 2010

Just wanna share

just wanna share what i feel in my life...
hope it useful... 

^_^